PATRIOTISME DAN NASIONALISME DARI MUSEUM KOTA TUA
A.
MUSEUM
SEJARAH JAKARTA
a. SEJARAH GEDUNG
Museum Sejarah Jakarta pada mulanya digunakan sebagai gedung
Balaikota (Stadhuis). Gedung ini merupakan gedung Balaikota kedua yang dibangun
pada masa pemerintahan VOC di Batavia. Pada tanggal 27 April 1626, Gubernur
Jenderal Pieter de Carpentier (1623-1627) memutuskan untuk menbangun gedung
balaikota yang baru ini kemudian direnovasi pada tanggal 25 Januari 1707 di
masa pemerintahan Gubernur Jenderal Joan van Hoorn dan selesai direnovasi pada
tanggal 10 Juli 1710 di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Abraham van
Riebeeck.
Selain sebagai Balaikota, gedung ini juga berfungsi sebagai
Pengadilan, Kantor Catatan Sipil, tempat warga beribadah di hari Minggu, dan
Dewan Kotapraja (College van Scheppen). Pada tahun 1925-1942 gedung ini juga
dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pada tahun
1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Tahun 1952
dipakai sebagai Markas Komando Militer Kota (KMK) I yang kemudian menjadi Kodim
0503 Jakarta Barat. Setelah itu pada tahun 1968 gedung ini diserahkan kepada
Pemda DKI Jakarta dan kemudian dijadikan sebagai Museum pada tahun 1974.
b. SEJARAH MUSEUM
Museum Sejarah Jakarta yang terletak di Jalan Taman
Fatahillah No.1, Jakarta Barat, adalah sebuah lembaga museum yang memiliki
sejarah yang cukup panjang. Pada tahun 1919, dalam rangka 300 tahun berdirinya
kota Batavia, warga kota Batavia khususnya Belanda mulai tertarik dengan
sejarah kota Batavia. Pada tahun 1930 didirikanlah sebuah yayasan yang bernama
Oud Batavia (Batavia Lama) yang bertujuan untuk mengumpulkan segala ihwal
tentang sejarah kota Batavia. Maka pada tahun 1936, Museum Oud Batavia
diresmikan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer
(1936-1942). Museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1939.
Museum
Oud Batavia ini menonjolkan peninggalan-peninggalan Belanda yang bermukim di
Batavia sejak awal abad XVI. Koleksi tersebut terdiri dari:
- Mebel
- Perabot rumah tangga
- Senjata
- Keramik
- Peta
- Buku-buku
Museum Oud Batavia ini adalah sebuah lembaga swasta yang
berada dibawah naungan Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen (Ikatan Batavia untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan) yang didirikan
pada tahun 1778 yang berjasa juga dalam mendirikan Museum Nasional.
Pada masa kemerdekaan, Museum Oud Batavia berubah nama
menjadi Museum Djakarta Lama dibawah naungan LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia)
dan pada tahun 1968 Museum Djakarta Lama diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta.
Setelah Museum Sejarah Jakarta diresmikan pada tanggal 30 Maret 1974, maka
seluruh koleksi dari Museum Djakarta Lama dipindahkan ke Museum Sejarah Jakarta
dan ditambah dengan koleksi dari Museum Nasional.
Untuk meningkatkan kinerja dan penampilannya, sejak tahun
1999 Museum Sejarah Jakarta bertekad untuk menjadikan Museum ini bukan sekedar
tempat untuk merawat dan memamerkan benda yang berasal dari masa penjajahan,
tetapi harus bisa menjadi tempat bagi semua orang baik bangsa Indonesia maupun
bangsa asing, anak-anak maupun orang dewasa bahkan untuk penyandang cacat untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman tentang sejarah kota Jakarta, serta dapat
dinikmati sebagai tempat rekreasi.
Untuk itu Museum Sejarah Jakarta berusaha menyediakan
informasi mengenai perjalanan panjang sejarah kota Jakarta, sejak masa
prasejarah hingga masa kini dalam bentuk yang lebih kreatif. Selain itu,
sebagai pusat pertemuan budaya dari berbagai kelompok suku baik dari dalam
maupun luar Indonesia dan sejarah kota Jakarta seutuhnya. Museum Sejarah
Jakarta juga selalu berusaha menyelenggarakan kegiatan yang rekreatif sehingga
dapat menarik perhatian pengunjung untuk mengetahui sejarah kota Jakarta dan
meningkatkan kesadaran akan pentingnya warisan budaya.
Alamat:
Museum
Sejarah Jakarta Jl. Taman Fatahillah No. 1
Jakarta 11110
Telp. 021 692 9101
Fax. 021 690 2387
Jakarta 11110
Telp. 021 692 9101
Fax. 021 690 2387
Jam
Kunjungan:
Selasa-Minggu 09.00-15.00
Selasa-Minggu 09.00-15.00
Tiket:
Dewasa Rp 5.000,00
Mahasiswa Rp 3.000,00
Anak-anak Rp 1.000,00
Dewasa Rp 5.000,00
Mahasiswa Rp 3.000,00
Anak-anak Rp 1.000,00
B.
Pemahaman
Kebudayaan Melalui Museum
Masyarakat dan kebudayaan adalah ibarat mata uang yang satu
sisinya berupa ungkapan sistem sosial dan sisi lainnya adalah sistem budaya.
Interaksi alam fisik dan manusia melalui masa dan ruang membina pelbagai
insitusi sosial dan budaya yang selaras dengan keperluan hidup masyarakat,
sedangkan pelbagai insitusi sosial dan budaya adalah respon manusia untuk
menyelesaikan pelbagai masalah dan memenuhi desakan hidup sambil bersedia
menghadapi tantangan mendatang. Bahan-bahan dari segala macam institusi sosial
tidak hanya dilihat sebagai himpunan warisan masa lampau,. Tetapi petanda
dinamika dan sumber daya yang mampu beradaptasi dengan desakan, baik dalam
maupun luar sistem sosial budaya itu sendiri.
Aspek kebudayaan masyarakat secara universal dapat diamati
kehadirannya di setiap masyarakat. Kebudayaan adalah wujud daya cipta, rasa,
dan karsa manusia. Kebudayaan adalah hal penting yang menghubungkan manusia
dengan lingkungannya. Kebudayaan juga menjadi blue print atau pedoman bagi
manusia. Dengan kebudayaan inilah manusia tampak berbeda dengan binatang.
Dengan kebudayaan, manusia dapat bertahan dan melangsungkan hidupnya.
Ada beberapa cara kita dapat mengetahui kebudayaan
masyarakat. Salah satu cara yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk
mengetahui gambaran kebudayaan masyarakat setempat adalah dengan datang ke
museum. Hal itu karena di museumlah mereka dapat melihat gambaran tentang
sebuah peradaban budaya daerah, baik zaman purbakala maupun di zaman modern.
Perkembangan museum di Indonesia saat ini dapat dikatakan
cukup bagus, tetapi tentu memerlukan peningkatan-peningkatan agar Indonesia
sebagai bangsa yang menghargai hasil karya pendahulunya dan melestarikan
warisan budaya leluhur sehingga museum sebagai fasilitator masyarakat dengan
peradaban budaya dapat diwujudkan. Museum juga diharapkan mampu menjadi
mediator yang tidak membedakan kebudayaan antardaerah, tetapi tercipta
peradaban yang multikultural, yaitu menjadikan perbedaan budaya menjadi suatu
warna yang meramaikan khasanah kebudayaan bangsa sebagai identitas bangsa.
Itulah peran museum. Lalu, seberapa besarkah peran museum saat ini?
Museum diharapkan tidak hanya sekedar memantulkan
perubahan-perubahan yang ada di lingkungan, tetapi juga sebagai media untuk
menunjukkan perubahan sosial serta pertumbuhan budaya dan ekonomi. Museum
berperan dalam proses transformasi yang mewujudkan perkembangan struktur
intelektual dan tingkat kehidupan yang membaik. Perkembangan tersebut tentu
disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang bersangkutan dalam bahasa dan
budayanya masing-masing. Inilah makna yang ingin disampaikan dan di
transkripsikan oleh museum lewat benda yang disajikan atau dipamerkan sebagai
instrumen memahami masyarakat pendukungnya.
Museum dalam bentuk apapun, baik secara ilmiah, seni maupun
sejarah tentu tidak sekedar dibicarakan dalam artian teoritis semata. Museum
diharapkan berarti praktis yang dapat diimplementasikan dengan kisaran jumlah
publik yang tidak sedikit. Dengan demikian, bicara mengenai museum sebagai
media komunikasi massa harus mendapatkan klaim dari semua golongan masyarakat.
Museum tidak hanya diklaim menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi
sangat perlu didukung oleh para akademisi, peneliti, bahkan pengusaha. Jadi,
peran museum diharapkan dapat mendukung pembangunan nasional, pembangunan
masyarakat seluruhnya dan seutuhnya. Kita harus terus ingat bahwa pembangunan
ataupuin modernisasi bukan sekedar know what, tetapi proses know how.
C.
Berperan
dalam Memerankan Peran Museum
Apa yang patut segera dilakukan agar museum berperan
demikian? Museum tidak boleh menjadi lembaga yang pasif, tetapi sebaliknya
museum harus peserta aktif dalam pembangunan. Bisa diungkapkan atau menggunakan
slogan museum –out-reach goal dengan bahasa bahwa apabila publik tidak datang
ke museum, maka museumlah yang datang ke publik. Museum harus mampu menghadapi
tantangan global di mana kontak antarbudaya tidak dapat dielakkan, termasuk
berani menghadapi ‘image” museum yang dianggap kuna dan antik, kemudian
mengubahnya menjadi sesuatu yang menyenangkan. Mengubah image ibarat pepatah
Bagai Mengubah Tekuk, yang berarti mengubah kebiasaan tidaklah mudah, tetapi
yakinlah bahwa jika itu dilakukan terus menerus dilakukan akan berhasil ibarat
pepatah Belakang Parang pun Kalau Diasah Akan Tajam.
Benda-benda koleksi yang dipamerkan harus dirancang
sedemikian rupa termasuk menunjukkan adanya isu-isu masa kini yang berjalan
dengan fakta sejarah. Kegiatan yang dilakukan di museum tidak sekedar melihat
benda koleksi yang indah, tetapi bagaimana agar yang datang ke museum pulang
tetapi ingin kembali datang ke museum karena museum dianggap mempunyai daya
tarik tersendiri. Ada yang mem buat saya cukup bangga saat ini, sudah cukup
banyak pengelola museum yang membolehkan museumnya digunakan untuk acara-acara
kegiatan kemasyarakatan, melakukan seminar untuk mengasah intelektual, dan yang
terpenting museum tidak digunakan untuk sebagian kecil orang saja.
Paradigma tersebut tentu agak kontraversial dengan pemikiran
terdahulu yang melihat museum sebagai tempat yang dipenuhi roh-roh leluhur yang
menyeramkan. Pada hakikatnya museum dapat bersifat profan pada batas-batas
tertentu tanpa harus menghilangkan nilai sakral yang berada di dalamnya jika
itu memang yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Pengelola museum tak perlu
merasa terbebani dengan peran museum yang meluas, tidak sekedar menjadi tempat
barang-barang sejarah itu diletakkan, karena ada yang lebih penting dari itu
yaitu bagaimana nilai sejarah dari benda itu dapat tersampaikan kepada
masyarakat.
Dengan demikan, tentu museum bukanlah komoditas privat bagi
sebagian orang, tetapi milik masyarakat bersama yang ingin mengetahui dan
mendapatkan kepuasan mendalam dan kenikmatan dengan datang ke museum. Museum
dapat menjadi media yang efektif untuk menyajikan proses pembangunan
hasil-hasilnya dapat dimengerti oleh masyarakat. Museum membantu
mengintegrasikan perubahan dalam masyarakat dan menciptakan keseimbangan dalam
peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dan terus melestarikan kepribadian
suatu bangsa melalui nilai-nilai dan pola-pola budaya yang terkandung di
dalamnya. Di sinilah peran museum yang tidak sekedar sebagai sarana hiburan,
tetapi media untuk menancapkan nilai dan semangat yang mengakar umbi sebagai
wadah patriotisme dan nasionalisme yang terancam dengan landaan globalisasi.
Dalam menghadapi krisis global, museum juga harus berani
melangkah. Museum seharusnya tidak membatasi diri dengan pengkategorian museum
sebagai kebudayaan material yang dimiliki segelintir orang yang menyukai
keindahan, tetapi harus mampu mengintegrasikan multidisiplin ilmu dalam
menampilkan perkembangan dan keterkaitan kebudayaan masyarakat sesuai dengan
ekologi dunia, splendid isolation yang tetap terbungkus menyenangkan .
Kompleksitas dalam perkembangan disiplin ilmu harus diakui dan dihadapi dengan
bijak. Artinya, perlu pikiran positif untuk mengakui keterkaitan disiplin ilmu
satu sama lain sehingga dapat terwujud kerjasama tim yang maksimal, termasuk
dalam mengomunikasikan peran dan fungsi museum.
Bahkan, tak perlu fobia untuk menerapkan kretaivitas dan
menerima inovasi dalam ilmu permuseuman sehingga peran museum sebagai edukasi
yang bertanggung jawab bagi suatu bangsa dapat terwujud. Sebagai contoh,
pandangan masyarakat terhadap museum yang mencerminkan teknologi tradisional
tidak menyangkal adanya teknologi modern dalam perkembangannya. Pengemasan
museum yang disesuaikan dengan konteks waktu dan ruang yang tepat dapat
membantu meningkatkan pengertian sebagai proses produksi dan pemenuhan
kebutuhan dengan menyajikan teknologi baru yang tepat guna yang mendukung
terpeliharanya keserasian dalam pembangunan. Di negara maju, seperti negara di
kawasan Eropa ataupun Amerika, museum memegang peranan yang berhasil
membangkitkan kesadaran yang kolektif dan tindakan kebijaksanaan yang baru terhadap
perkembangan industralisasi tetapi tetap mencerminkan keserasian lingkungan.
Tugas museum memang seharusnya dapat membantu proses
pembangunan yang tetap bertanggung jawab dengan permasalahan ekologi. Museum
harus terus menjadi cermin identitas suatu bangsa dan inspirasi bagi
masyarakat. Museum dapat berpera serta secara penuh untuk mengomunikasikan
secara efektif pengaruh peradaban manusia bagi ekosistem. Museum harus dapat
menjadi proyeksi bagi perkembangan zaman, tetapi tetap menjaga stabilitas dan produktivitas
masyarakat. Museum perlu merefleksikan diri sebagai tempat yang menggambarkan
pusat penelitian, pusat multi media, dan pusat pendidikan dalam melestarikan
kebudayaan masyarakat. Namun, harus diingat bahwa pelaksanaan pendidikan atau
process of enculturation di museum tidak dapat dijelaskan secara efektif tanpa
kerja sama yang erat dan koordinasi dengan lembaga-lembaga lainnya.
Sekali lagi, dalam pelaksanaannya memerlukan integrasi
inter-disiplin, program, dan metode. Museum dapat bertindak sebagai fasilitator
dan katalisator bagi riset kebudayaan masa lampau sekaligus masa kini di semua
ranah, baik lokal, nasional, regional, dan global. Museum integral atau
interdisiplin ini tidak untuk mengingkari nilai-nilai museum yang telah ada dan
juga tidak meninggalkan prinsip-prinsip museum. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi, misalnya kemunculan internet justru harus mampu
mendukung pemasaran museum sebagai sumber informasi untuk memberi penerangan
dalam menyadarkan identitas suatu bangsa yang menghargai hasil karyanya.
D.Strategi Menyegarkan Museum
Tantangan yang dihadapi untuk membuat museum yang hidup,
apalagi “lincah” yang berdendang seirama dengan masyarakat lingkungannya memang
tidaklah mudah, tetapi tetap harus dilakukan usaha yang maksimal. Penghayatan
falsafi tentang dasar serta tujuan penyelenggaraan dan pengelolaan museum tentu
harus diperhatikan dan dipahami secara komprehensif dengan implementasi sikap
yang diorientasikan pada kepentingan public, pemahaman dan karakteristik sosial
budaya daerah, dan terus up to date dengan seluruh hal yang aktual bagi
masyarakat dan lingkungannya serta kajian yang serius dan terus menerus
terhadap museum. Hal ini tentu berkait dengan pokok permuseuman, di mana
pengelola dan penyelenggaran museum tak lepas dengan museum itu sendiri, museum
terkait dengan koleksi, dan koleksi dinikmati oleh publik. Dengan demikian,
yang tidak boleh dilupakan dan perlu segera diwujudkan adalah membentuk
leadership dalam permuseuman.
Seorang pemimpin dibutuhkan sebagai figur yang mampu menatap
masa depan yang mempunyai keberanian mengevaluasi diri untuk menyegarkan
museum. Namun, pada hakikatnya kita semualah pemimpin yang termaksud itu,
pemimpin yang berkomitmen dengan berkontribusi memasarkan kekayaan milik bangsa.
Pemimpin yang sadar menyadarkan betapa penting peran museum sebagai sumber daya
potensial memajukan bangsa. Akhirnya, kita semua adalah pemimpin yang harus
bertanggungjawab terhadap perkembangan museum yang membutuhkan manajemen yang
tepat dan profesionalisme.
Manajemen permuseuman tersebut dapat dilakukan melalui
beberapa faktor dasar pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan.
1. Manusia
Manusia sebagai subjek pendukung sekaligus pencipta dan
tujuan pemeliharaan kebebasan untuk berkreativitas. Manusia yang berbudaya
adalah yang menghindari terkristalnya gaya hidup reifikasi, manipulasi,
frgamentasi berlebihan, dan individualisasi berlebihan. Tidak reifikasi,
artinya, manusia dalam permuseuman seharusnya tidak mengukur segala sesuatu
berdasarkan material semata atau kuantitas saja, tetapi harus mampu
dipersiapkan secara kualitas (qualified oriented) dan berorientasi pada tujuan
dan masa depan (goal and future oriented). Tidak manipulasi artinya persepsi
yang dibangun bukan sekedar peran media mengkontruksikan peranan museum, tetapi
timbulnya kesadaran yang mendalam pentingnya keberadaan museum.Tidak
fragmentasi berlebihan artinya tidak terjadi kesombongan jika individu
mempunyai posisi jabatan, kedudukan, kekuasaan dalam menyelenggarakan dan mengelola
museum, tetapi perlu diwujudkan rasa pentingnya belajar teru8s menerus dalam
mengembangkan museum. Tidak individualisasi artinya tidak egois dalam membangun
dan mengembangkan museum dan tidak serakah atau bertindak dalam pengelolaan
museum.
2. Lingkungan
Lingkungan adalah medan mansia berjuang melalui karyanya.
Dengan demikian, lingkunggn adalah pendukung keberhasilaan kegiatan pemuseuman.
3. Peralatan
Teknologi harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya agar
dapat mendukung kelangsungan kegiatan yang ada di museum dalam mengembangkan
museum.
4. Komunitas
Karya manusia ditampung oleh kolektivitas menjadi warisan
budaya bersama. Demikian pula dengan karya manusia masa lampau sangat
diperlukan suatu kolektif manusia agar karya tersebut dapat dinikmati bersama
untuk genberasi sekarang bahkan mendatang. Komunitas yang mencintai museum
sangat diperlukan agar warisan budaya tetap lestari.
Review: Museum Masa Kini
Museum dalam masyarakat masa kini adalah fenomena yang
kompleks, yaitu museum sebagai medium yang multifungsional. Museum masa kini
identik dengan sebuah perusahaan yang dilengkapi sarana dan prasarana. Ruangan
koleksi dalam museum perlu dikelola seteliti mungkin dengan perlengkapan
teknologi mutakhir di bidang preservasi. Museum masa kini dilengkapi laboratorium
konservasi dengan metode penyajian yang masa kini pula. Museum masa kini harus
memperhatikan pelbagai metode komunikasi dan pengumpulan data serta penyaluran
informasi yang maksimal. Di sini orang di museum harus bicara tentang
multifungsi museum dengan metode visualisasi dan interpretasi yang ilmiah dan
dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang dikatakan oleh ahli museum Amerika
Serikat, Paereker, yang menyatakan tugas utama museum untuk menafsirkan
manusia, alam, dan hasil karyanya. Hal ini berarti museum berperan dalam
membentuk cermin positif kebudayaan dan peradaban manusia.
Kegiatan dalam museum masa kini memerlukan kegiatan riset
yang merupakan suatu mata rantai yang tidak putus sebagai upaya untuk
memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada masyarakat. Museum masakini
tidak ada lagi yang merasa dirinya dapat berdiri sendri, tetapi semua museum di
seluruh dunia sudah masuk suatu sistem jaringan hubungan kerja sebagai bidang
kegiatan edukasi cultural. Image atau kesan adalah gambaran yang terekam dalam
ingatan seseorang tentang suatu hal yang didengar ataupun dilihat, baik
langsung maupun tidak langsung.
Pendapat tentang museum kota tua menurut kelompok
Kami di Wisata Kota Tua
Travelling ke Museum Fatahillah bersama teman
itu seru dan menarik, selain wisata murah juga bisa menambah pengetahuan
tentang sejarah Batavia serta melihat barang antik peninggalan zaman dahulu.
Untuk masuk ke Museum Fatahillah Jakarta di tahun 2015 biaya tiket masuk Rp
3000 saja dengan memakai KTM alias Kartu mahasiswa. Untuk sekarang tiket
masuk ke Museum Fatahillah Rp 5000 untuk dewasa. Nah bagi yang belum pernah
masuk ke dalam Museum Fathillah semoga referensi catatan perjalanan kami ke
Museum Fathillah dapat memberikan gambaran tentang isi Musuem Fatahillah.
a. Prasasti
Masuk
ke dalam museum kami sudah melihat patung tempat eksekusi gantung diri kemudian
di lantai dasar terdapat patung mirip singa putih, peralatan masak tradisional,
bebatuan, hingga ke Prasasti dengan telapak kaki. Isi dari Museum
Fatahillah berupa mebel antik dari abad 17 hingga ke 19, keramik, gerabah,
beberapa prasasti, replika peninggalan Kerajaan Tarumanegara dan Pajajaran,
becak, numismastik, hingga Patung Hermes.
b. Penjara
Wanita dan Penjara Pria
Penjara wanita ini terletak di pintu
belakang sebelah kanan museum Fatahillah. Penjara wanita ini berukuran sangat
kecil, sehingga ketika kami ingin melihatnya kami harus menunduk kebawah karena
penjara ini terdapat di semacam ruang bawah tanah. Di dalam penjara itu hanya muat
sekitar 20-30 orang. Penjara ini hanya ada satu dan tidak tertata. Di dalam
penjara wanita ini juga terdapat genangan air, gelap dan hanya ada satu jendela
yang di buka saat siang hari. Udaranya sangat pengap sehingga susah untuk
bernafas dan genangan air itu sangat berbau tidak sedap. Penjara pria juga sama
dengan penjara wanita, tetapi bedanya penjara pria ini terletak di sebelah kiri
pintu belakang dari museum ini dan penjara pria ini lebih tertata dan lebih
banyak. Penjara pria ini hanya dipisahkan oleh sekat yang terbuat dari tembok
yang kedap suara, gelap karena tidak ada satupun penerangan kecuali dari
jendela yang dibuka pada siang hari (penerangan itupun tidak sampai ke pojok
dalam penjara), udaranya sangat pengap. Di pojok dalamnya terdapat batu-batu besar dan kecil
juga rantai yang dipakai oleh Belanda untuk memasung tahanannya agar tidak
kabur. Fungsi kedua penjara ini sama, yaitu untuk memenjarakan orang-orang yang
melawan atau membantah perintah Belanda.
Kemudian
kami menjelajahi taman belakang museum. Terdapat bangku, sumur tua dan patung
yang membuat taman ini lebih menjadi indah.
Setelah
puas melihat isi koleksi museum di lantai 1 kamipun menaiki tangga menuju
lantai 2 untuk melihat koleksi museum.
Di lantai 2 terdapat bangku dengan
arsitek bergaya neoklasik dengan kayu jati serta ranjang, dan lukisan
orang Belanda.
Kami paling suka memandang ke bagian bawah kawasan Kota Tua
dari lantai 2 karena jelas terlihat antusias pengunjung Kota Tua Jakarta.
Itulah hal menarik bagi kami dari Museum Fatahilliah Kota Tua dengan udara
segar dari pintu yang umurnya jauh lebih tua dari kami. Setelah puas
mengelilingi isi Musuem serta melihat semua isi koleksi dari Museum Fatahillah
kamipun turun kebawah untuk keluar dan kami menemukan tulisan Belanda di
dinding yang berupa plang Peringatan Pembangunan Museum Fatahillah yang
dahulunya adalah Balai Kota. Selain itu di bagian belakang Museum Fatahillah
terdapat penjara bawah tanah serta taman mungil berupa tempat duduk dengan
pepohonan.
Tulisan Belanda
Begitulah
kira-kira pengalaman menarik mengunjungi Museum Fatahillah dan kawasan murah Kota
Tua bersama teman-teman.
KELEBIHAN
:
1.
Kita
dapat mengetahui (menambah wawasan) sejarah dari salah satu museum yang ada di
Jakarta.
2.
Di museum ini terdapat cafe bernuansa
Jakarta tempoe dulu.
3.
Ada toko-toko souvenir untuk membeli
buah tanggan untuk keluarga kita di rumah
4.
dilengkapi juga dengan fasilitas yang
sangat lengkap seperti mushola, ruang rapat, aula, serta taman.
5.
Kita lebih dapat menghargai dan
mencintai budaya yang ada di Indonesia. Khususnya budaya Jakarta tempo dulu.
6.
Museum
ini juga merangkap sebagai tempat wisata yang harga tiketnya terjangkau oleh
semua kalangan.
7.
Mudahnya
sarana transportasi.
8.
Letak
tempatnya Strategis.
9.
Museum
Fatahillah memiliki berbagai pusaka bersejarah yang sangat bernilai.
10.
Menjadi
salah satu tempat wisata yang mendidik.
11.
Selain
museum, disekitar wilayah kota tua terdapat berbagai sudut menarik yang dpaat
digunakan untuk mengasah keahlian fotografi.
12.
Menjadi salah satu tempat wisata terkenal dan ter-ramai di
Jakarta.
13.
Karena
saat ini museum Fatahillah sudah memiliki identitas tersendiri yang
membedakannya dengan museum-museum lainnya. (yaitu dengan mewajibkan
menggunakan sandal sebelum masuk ke dalam museumnya dan selama mengelilingi
area museum fatahillah tersebut).
KEKURANGAN
:
1.
Disekitar
museum masih banyak sampah-sampah yang berserakan.
2.
Kurangnya penataan tempat.
3.
Masih banyaknya pengemis dan pengamen di
area museum ini.
- Pengelola museum di sekitar wilayah Kota Tua masih belum baik.
- Banyak benda bersejarah yang rusak karena tidak dirawat atau kurang perawatan dengan baik.
- Pengunjung masih kurang sadar atas kebersihan serta ketertiban saat mengunjungi tempat wisata ini.
KESIMPULAN
Museum kota tua adalah salah satu tempat
wisata sejarah yang wajib dikunjungi karena kita mendapatkan informasi tentang
perkembangan sejarah kota tua dari masa ke masa. Terlebih lagi museum ini
memberikan pengunjung lain pengalaman, termasuk juga khususnya bagi kelompok
kami. Museum ini juga memberikan kita inspirasi dan objek objek menarik untuk
berfoto bersama karena museum ini bukan hanya sekedar museum tetapi juga
dijadikan tempat untuk objek wisata dengan arsitektur bangunannya yang menarik
dan masih dengan tempo dulu. Tetapi dikawasan ini masih banyak pengamen,
pengemis dan sampah-sampah yang berserakan dimana-mana. Membuat sekeliling
kawasan kota tua dan museum ini menjadi kotor sehingga kita tidak merasa
terlalu nyaman melihatnya.
SARAN
Pemerintah harusnya bisa lebih mengatur tempat ini sebagai
tempat pariwisata yang nyaman dikunjungi turis lokal maupun mancanegara,
potensi yang dimiliki Kota Tua sebagai tempat wisata sungguh besar, mengingat
tempat ini memiliki sejarah yang menarik Dan tempatnya yang strategis. Seperti
yang sudah di tulis di atas, tempat ini memiliki kekurangan dalam hal
kebersihan, hal ini tidak sepele, karena kebersihan suatu tempat wisata menjadi
tolak ukur seberapa baik, dan seberapa pantasnya tempat itu dikunjungi. Mungkin
utuk pengunjung yang berasal dari daerah sekitar tidak mempedulikannya, tapi
ini sangat dinilai oleh pengunjung mancanegara. Pemerintah juga setidaknya
harus bisa mempromosikan tempat ini, dengan mengadakan acara-acara atau semacam
festival tahunan. Dengan begitu nama Kota Tua Jakarta akan semakin terdengar
keseluruh dunia. Banyak tempat wisata di luar negeri yang mempromosikan
tempatnya dengan cara ini, mengadakan festival tahunan yang mengundang
wisatawan daris seluruh belahan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar